Strategi Belajar





Pada hakekatnya, belajar lebih dari sekedar mengingat tetapi merupakan kegiatan yang lebih kompleks dari itu. Karena bagi siswa, untuk benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan selalu bergulat dengan ide-ide. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan atau menjejalkan sejumlah informasi ke benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa. (Nur, 2000).


Menurut Arend ( 1997) strategi belajar menunjuk pada tingkah laku dan proses berpikir yang digunakan siswa yang mempengaruhi apa yang akan dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Karena sangatlah penting untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi belajar.

Tujuan utama pengajaran strategi belajar adalah mengajarkan pada siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri.

JENIS-JENIS STRATEGI BELAJAR 

a) Pembelajaran Cooperative Learning

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. (Novi Emildadiany, 2008)

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu : (Novi Emildadiany, 2008)

1. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap muka.

Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota.

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

b) Pembelajaran Mandiri 

Pembelajar mandiri (self-regulated learner) mengacu pada pembelajar yang dapat melakukan empat hal penting yaitu: (Arend, 1997)

1) Secara cermat mendiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu
2) Memilih suatu strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajar tertentu yang dihadapi.
3) Memonitor keefektifan strategi tersebut.
4) Cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah tersebut terselesaikan.

Menurut Nur (2000) secara tradisional, siswa diminta untuk melakukan sejumlah besar tugas-tugas belajar di sekolah, seperti berlatih soal perkalian, menghafal suatu pidato, mengarang, dan mengumpulkan informasi perpustakaan. Meskipun penyelesaian tugas-tugas ini secara berhasil merupakan tujuan pembelajaran paling layak, satu hal yang lebih penting adalah menguasai dengan tuntas proses pembelajaran itu sendiri : mendiagnose situasi pembelajaran secara akurat, memilih suatu strategi belajar yang cocok, dan memonitor keefektifan strategi tersebut. Melalui uraian tersebut diharapkan guru dapat mengubah teori kognitif dan teori pemrosesan informasi menjadi strategi belajar yang khas. Berikut ini diberikan pemerian rinci dari empat jenis utama strategi belajar, termasuk strategi mengulang, strategi elaborasi, strategi organisasi, dan strategi metakognitif, yaitu :

1) Strategi Mengulang 

Agar terjadi pembelajaran, siswa harus menindaki informasi baru dan menghubungkannya dengan informasi sebelumnya. Strategi mengulang ada 2 macam:

 a. Strategi mengulang sederhana yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal.
b. Strategi mengulang komplek yaitu dengan cara menggaris bawah ide-ide utama (underlining) dan membuat catatan pinggir (marginal note).

Strategi mengulang membantu memindahkan pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang namun tidak membantu membuat bermakna informasi baru tersebut (Nur, 2000). Menurut Thomas Devine dalam Omstein (1991) bahwa menggarisbawahi, pada umumnya, nampaknya menjadi kurang efektif pendekatannya, karena bersifat pasif. Siswa cenderung untuk menggaris-bawahi terlalu banyak, pemusatannya pada beberapa bit dari informasi (nama-nama dan data-data) dan tidak memberikan penyerapan dan pemrosesan informasi. Strategi menggarisbawahi (underlining) ini dipadukan dengan membuat catatan (note taking). Hal ini menghindari kecenderungan siswa untuk menggarisbawahi terlalu banyak.

2) Strategi Elaborasi 

Elaborasi adalah proses menambahkan rincian sehingga informasi baru lebih bermakna dan membuat belajar lebih mudah. Strategi elaborasi yang sering digunakan adalah:

a. Pembuatan Catatan (note taking) yang dapat membantu siswa dalam mempelajari informasi ini dengan secara singkat dan padat menyimpan informasi itu untuk ulangan dan dihafal kelak. Bila dilakukan dengan benar, pembuatan catatan juga membantu mengorganisasikan informasi sehingga informasi itu dapat diproses dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada secara efektif Membuat catatan adalah strategi belajar yang penting yang dapat mempraktiskan pada semua siswa. Catatan merupakan dasar permulaan menulis atau berbicara. Pada semua kasus, siswa memerlukan pengajaran untuk mencatat informasi yang penting didalam kelasnya dan belajarnya. Penelitian menunjukkan bahwa fungsi dan kegunaan dari membuat catatan adalah bermacam-macam. Beberapa data menunjukkan adanya korelasi positif antara membuat catatan dan keberhasilan siswa, sedangkan efek lain tidak ditemukan, dan tak sedikitpun menunjukkan korelasi negatif (0mstein,1990). Pembuatan catatan secara matrik dapat digunakan sebagai suatu cara pengelaborasian dan pembuatan perbandingan untuk informasi komplek

b) Analogi, yakni  pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti jantung dengan pompa. Analogi dapat membantu siswa mempelajari informasi baru dengan menghubungkan informasi-informasi baru tersebut dengan konsep-konsep yang telah dipahami.

c) Metode PQ4R yaitu metode yang dapat membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. Kepanjangan PQ4R adalah preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review (Nur, 2000).

 3) Strategi Organisasi 

Strategi ini bertujuan membanta siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru yang meliputi :
a. Pembuatan Kerangka (Outlining) Pembuatan kerangka menyajikan poin-poin utama dari suatu materi dalam format yang tersusun secara hirarkis. Dalam hal ini siswa belajar menghubungkan beragam topik atau ide-ide kepada suatu ide utama. Menurut Devine dalam Omsteins (1991) membuat kerangka penting untuk konsep-konsep dan kata-kata pada catatan tersendiri/terpisah.
b. Pemetaan (mapping) Pemetaan disebut juga peta konsep yaitu merupakan pendiagraman ide-ide utama dan hubungan-hubungan antara ide-ide utama itu. Peta konsep menyatakan hubungan bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Setiap proporsi terdiri atas dua konsep yang dihubungkan dengan kata penghubung dan mengandung gagasan yang bermakna. Menurut Novak dan Gowin dalan Sutowijoyo (2002), peta konsep merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berhubungan dan bermakna dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan gabungan dua konsep atau lebih yang dihubungkan dengan kata-kata penghubung. Sedangkan concept map menurut Trochim adalah suatu proses yang dapat dipakai kelompok dalam menunaikan ide-ide pada beberapa topik yang menarik. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

a) Peta konsep atau pemetaan adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi atau matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
b) Suatu peta konsep merupakan gambaran dua dimensi dari suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.
c) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.
d) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut. Novak dan Gowin dalam Sutowijoyo (2002) menyatakan bahwa fungsi peta konsep dapat membuat jelas gagasan pokok bagi guru dan siswa yang sedang memusatkan perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik. Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahannya. Peta konsep akhirnya dapat digunakan sebagai ringkasan skematik materi pelajaran yang berisi hubungan konsep-konsep. Peta konsep yang dibuat murid membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri atau disiplin ilmunya.

4) Strategi Metakognitif

Strategi metakognitif berhubungan dengan berpikir siswa tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat. Kebanyakan para ahli sependapat bahwa metakognisi memiliki dua komponen : pengetahuan tentang kognisi, dan mekanisme pengendalian-diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif (Gagne 1993;Nur,2000) Pengetahuan tentang kognisi terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seorang pebelajar tentang proses berfikirnya sendiri disamping pengetahuan tentang berbagai Strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu. Pemonitoran kognisi adalah kemampuan siswa untuk memilih, menggunakan, dan memonitor strategi-strategi belajar yang cocok dengan gaya belajar mereka sendiri maupun dengan situasi yang sedang dihadapi (Nur, 2000).

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.
Dahar, R.W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. 
Nur, M. dan Wulandari, P.R. 2000.Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Study Matematika dan IPA Sekolah UNESA.
Sutowijoyo. 2002. Penerapan Strategi Belajar Peta Konsep yang Dilatihkan dengan Direct Instruction pada Pokok Bahasan Struktur Hewan Siswa Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tesis Magister Pendidikan tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya

 

0 Response to "Strategi Belajar"

Posting Komentar